Portalssi, Banda Aceh : Menutup akhir tahun 2024, Bank Indonesia bersama dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Aceh mengadakan kegiatan High Level Meeting (HLM).
Kegiatan ini dihadiri oleh Pj Gububernur Aceh yang diwakili oleh Kepala Dinas Pangan Aceh, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia, Kepala instansi vertikal di Provinsi Aceh, dan Pj. Bupati Aceh Barat, Pj. Bupati Aceh Tengah yang diwakili oleh Asisten 2, Pj. Bupati Aceh Tamiang, Pj Walikota Banda Aceh serta Pj. Walikota Lhokseumawe
Kegiatan diawali dengan talkshow interaktif yang menghadirkan 3 (tiga) narasumber yaitu Dr. T. P. Saiful Bahri, S.P., M.P yang memaparkan model bisnis dan hilirisasi komoditas beras, Bp. Hafinuddin yang membahas terkait Inovasi Teknologi Rumpon Ijuk untuk meningkatkan produksi komoditas perikanan tangkap dan Ibu Yuliana yang memberikan paparan mengenai model bisnis dan hilirisasi komitas cabai rawit.
Dalam kegiatan tersebut, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh, Bpk. Rony Widijarto P. juga memaparkan terkait kondisi ekonomi Provinsi Aceh yang membaik dengan inflasi yang stabil dan rendah sampai dengan November 2024 yaitu sebesar 1,55% (yoy).
Angka inflasi yang stbail dan rendah tersebut sangat baik untuk mendukung pertumbuhan ekonomi daerah. Sampai dengan akhir tahun inflasi diperkirakan akan terjaga dalam kisaran sasarannya yaitu 2,5±1% (yoy), meskipun akan ada sedikit tekanan inflasi pada akhir Desember akibat meningkatnya konsumsi pada periode liburan akhir tahun. “Yang terpenting, kenaikan harga ini masih dalam batas wajar dan sesuai target inflasi nasional”, Ujarnya.
Selanjutnya, beliau juga menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi juga menunjukkan tren yang positif. “Pertumbuhan ekonomi positif, inflasi sedikit meningkat namun masih terjaga tidak melebihi target, hal ini bagian dari akselerasi positif yang tetap terkendali” Ujarnya lebih lanjut.
Lebih lanjut, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh menjelaskan pentingnya penguatan sektor pangan strategis seperti beras, aneka cabai, dan perikanan. Salah satu program unggulan adalah penerapan model bisnis hilirisasi cabai merah yang melibatkan pesantren, kelompok tani, dan UMKM dalam meningkatkan nilai tambah produk serta mengurangi volatilitas harga. Selain itu, BI Aceh bekerjasama dengan Universitas Teuku Umar, yang juga didukung oleh pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya mengembangkan rumpon ijuk untuk meningkatkan pasokan komoditas perikanan tangkap. Melalui metode ini, diperoleh efisiensi net profit nelayan meningkat hingga 16,78% dan efektivitas tangkapan hingga 47,75%. Hal ini tentunya dapat memberikan dampak positif untuk menahan laju inflasi yang bersumber dari komoditas perikanan dan juga meningkatkan kesejahteraan nelayan.
Sementara itu, Kepala Dinas Pangan Aceh, Drs. Surya Rayendra, mewakili Pj. Gubernur Aceh, menyatakan apresiasi terhadap capaian pengendalian inflasi di Aceh.
“Inflasi Aceh yang berada pada angka 1,55% mencerminkan stabilitas yang luar biasa. Hal ini tentu tidak terlepas dari kolaborasi yang erat antara Pemerintah Daerah, Bank Indonesia, dan para mitra strategis lainnya,” jelasnya. Beliau juga mengingatkan pentingnya kewaspadaan dalam menghadapi potensi risiko inflasi di masa mendatang.
Dengan sinergi yang terus berlanjut, Aceh optimis mampu menjaga daya beli masyarakat sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat di tahun mendatang.
Bank Indonesia dan TPID Provinsi Aceh berkomitmen untuk terus mendorong langkah-langkah konkret dalam menjaga stabilitas harga, meningkatkan produksi pangan, dan hilirisasi sebagai akselerator dalam mendorong ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Aceh.(**)