Iklan

terkini

BSI Aceh mengadakan Talkshow terkait Aceh Economic Updates 2025: Peluang di Tengah Tantangan

Chaidir
22 Januari 2025, 9:36:00 PM WIB Last Updated 2025-01-22T14:36:36Z
Portalssi, Banda Aceh : Aceh akan memasuki masa yang semakin menantang dalam beberapa tahun mendatang, dengan berkurangnya transfer dana secara signifikan dari Pemerintah Pusat mulai tahun 2027. Kondisi fiskal daerah diperkirakan akan menjadi lebih sempit, sementara kebutuhan pembangunan semakin besar. Dalam kondisi ini, Pemerintah Aceh dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam berbagai program yang akan digulirkan oleh Gubernur-Wakil Gubernur terpilih untuk periode 2025-2030.

Selain memperluas ruang fiskal dengan pola-pola pembiayaan kreatif seperti publikasi Sukuk Daerah atau pendanaan dengan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), pemerintah perlu memastikan dunia usaha bisa terus berkembang di Aceh. Minimnya peran investasi swasta dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Aceh harus diperbaiki. Perekonomian Aceh tidak bisa selamanya bergantung pada belanja Pemerintah (melalui APBD) dan konsumsi masyarakat. Karena Pemerintah mempunyai banyak batasan, sementara daya beli konsumen juga masih tertekan.  

Untuk menyampaikan beberapa isu terkait tantangan yang akan dihadapi serta peluang yang harus direbut oleh perekonomian Aceh, BSI bekerja sama dengan media televisi dan radio lokal (TVRI dan RRI) mengadakan Talk Show spesial tentang ekonomi Aceh. Diskusi yang menghadirkan beberapa pakar ekonomi daerah dan nasional ini mengupas secara lugas beberapa isu kunci ekonomi yang akan dihadapi oleh Aceh lima tahun ke depan.

Dr Rustam Efendi, pengamat ekonomi senior Aceh menyebutkan "Aceh mempunyai yayasan ekonomi yang kuat, khususnya sektor primer seperti pertanian, peternakan, dan perkebunan sebagai sektor unggulan, dimana kontribusi sektor ini bahkan lebih baik dari provinsi lain di Sumatera". Namun, dengan semakin berkurangnya dana Otonomi Khusus (Otsus) untuk modal belanja pemerintah melalui APBD, APBA dan APBK, mau tidak mau Pemerintah Aceh perlu memperluas sumber dana pembangunan daerah. Aceh perlu mengundang investasi swasta yang masuk. Dr Rustam juga menekankan pentingnya peran perbankan untuk pembiayaan dalam dunia usaha.

Sementara Prof. Taufiq C. Dawood, Kepala Departemen Ilmu Ekonomi, Universitas Syiah Kuala, menyatakan isu utama Aceh adalah keterbatasan fiskal yang perlu segera dicari jalan keluarnya. Pemerintah Aceh perlu membuat strategi yang tepat untuk meningkatkan pendapatan daerah, serta memastikan efisiensi pengeluaran ditengah angka kemiskinan di Aceh yang masih double digit (12%). Langkah-langkah ini diperlukan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi terutama setelah berakhirnya bahkan skala besar nasional seperti Pekan Olahraga Nasional (PON) tahun lalu. 

Meskipun banyaknya tantangan yang dihadapi, Aceh tetap mempunyai peluang yang besar untuk bisa tumbuh 5% atau lebih. Hal ini disampaikan oleh Dr Banjaran Surya Indrastomo, Chief Economist BSI. Banjaran menyebutkan bahwa proyeksi yang dilakukan tim BSI, pertumbuhan ekonomi Aceh tahun 2025 akan lebih tinggi dibandingkan beberapa Provinsi di Sumatera, termasuk Sumatera Selatan dan Sumatera Utara, namun secara nasional sedikit dibawah Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. 

Setidaknya ada beberapa faktor yang bisa dijadikan momentum baik secara nasional maupun global, pertama pandangan harga energi yang positif terutama dari sektor migas, kedua konsumsi rumah tangga lebih baik dibandingkan tahun lalu, sehingga. Ada beberapa hal ditahun ini lebih baik, seperti BI Rate turun minggu lalu yang memberikan angin segar untuk mendorong perekonomian. 

Di sisi lain, Banjaran juga mengutarakan dalam pesta demokrasi pemilu serentak yang lalu berlangsung dengan aman sehingga stabilitas sangat penting bagi perekonomian. Ia juga memperkirakan dunia usaha akan bergerak sejalan dengan program prioritas pemerintah, seperti Makan Bergizi Gratis yang berfungsi untuk meningkatkan produktivitas yang fokus untuk sektor pendidikan, kesehatan, kesejahteraan masyarakat sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang memberikan nilai tambah.

Ketiga Ekonom, dalam forum diskusi hangat tersebut, sepakat bahwa solusi untuk meningkatkan geliat perekonomian Aceh adalah hilirisasi berbagai komoditas primer yang ada di Aceh. Proses industrialisasi ini akan meningkatkan nilai tambah, mendatangkan investasi, serta membuka peluang kerja baru. “Intinya mengubah struktur perekonomian dari pertanian (agro based) menjadi berbasis industri”, demikian pandangan Dr Banjaran.

Namun sambil menunggu proses perubahan struktural yang membutuhkan waktu yang cukup lama, perlu ada 'bumper strategy' atau strategi antara. Strategi ini berupa penataan sektor pariwisata yang sangat potensial. Menurut Dr Rustam. (**)

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • BSI Aceh mengadakan Talkshow terkait Aceh Economic Updates 2025: Peluang di Tengah Tantangan

Terkini