Portalssi, Pulo Aceh : Masyarakat Gampong (desa) Lampuyang beramai-ramai mengunjungi Puskesmas Pulo Aceh, Selasa (3/9/2024). Bukan karena ada pembagian bantuan gratis, tetapi mereka ingin menjadi akseptor KB.
Berduyun-duyunnya mereka ke puskesmas tersebut setelah mengetahui Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Aceh bersama OPD KB Kabupaten Aceh Besar memberi pelayanan gratis KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) kepada masyarakat setempat.
Turut hadir dalam pelayanan KB MKJP tersebut, Kepala Perwakilan BKKBN Aceh, Safrina Salim; Ketua Tim Kerja Akses Kualitas Layanan KB dan Kespro, Faridah; Kabid KB OPD KB Aceh Besar, Fitriani; bidan praktek mandiri dari Lampeuneurut, Raudah; dan bidan praktek mandiri dari Peukan Bada, Ira Yani.
Desa Lampuyang merupakan salah satu dari 17 gampong yang ada di Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Desa yang terletak di kepulauan terluar Aceh ini mempunyai 173 Kepala Keluarga (KK), dengan jumlah penduduk sebanyak 787 jiwa. Mata pencarian umumnya masyarakat sebagai nelayan dan petani.
Untuk bisa sampai ke desa yang terletak di Pulau Breuh (Pulau Beras dalam bahasa Indonesia), masyarakat harus menggunakan boat nelayan dari pelabuhan penyeberangan Lampulo, Kota Banda Aceh, menuju Pelabuhan Lampuyang, Pulo Aceh. Jarak tempuh sekitar dua jam perjalanan laut.
Di Kecamatan Pulo Aceh terdapat dua pulau besar, yaitu Pulau Nasi dan Pulau Beras. Di Pulau Nasi terdapat lima desa dan Pulau Beras terdapat 12 desa. Desa Lampuyang berada di Pulau Beras.
Ini merupakan kunjungan pertama Safrina Salim dalam 102 hari masa kerjanya sebagai Kepala Perwakilan BKKBN Aceh yang dilantik pada 1 September 2023. Sementara pada 2024, ini pelayanan KB gratis kedua yang dilakukan di daerah kepulauan tersebut.
Menurut Ketua Tim Kerja Akses Kualitas Layanan KB dan Kespro, Faridah yang mendampingi Safrina mengatakan kalau di desa tersebut ada enam bidan desa. Namun keenam bidan desa tersebut belum ahli memasang kontrasepsi motode jangka panjang (MKJP).
“Untuk pelayanan KB ini kita mendatangkan dua bidan ahli dari Kabupaten Aceh Besar, guna melayani kebutuhan masyarakat di sini yang ingin ikut KB MKJP. Sejak jam 9 pagi masyarakat sudah terlihat ramai berkumpul di Puskemas Pulo Aceh,” tutur Faridah.
Tercatat, terdapat 40 akseptor yang mendaftar untuk mendapatkan pelayanan. Usia termuda 20 tahun dan paling tua 47 tahun.
Sementara itu, Kepala BKKBN Aceh usai ikut membantu memasang delapan akseptor IUD dan dua akseptor implan, mengatakan masyarakat sudah sangat sadar akan pentingnya program KB. "Rata-rata masyarakat di sini," kata Safrina, "anaknya tiga hingga empat orang."
“Pentingnya program KB terlihat dari ramainya masyarakat yang datang sejak pagi tadi, sudah menjadi kebutuhan. Masyarakat di sini dalam mengurus dan mendidik anak mulai terasa berat dan menjadi keluhan keluarga. Keluarga disini juga sudah sangat paham bagaimana menjaga jarak kelahiran dan merencanakan anak berikutnya,” kata Safrina.
Terkait bidan kompeten yang belum tersedia di Puskemas Pulo Aceh, Safrina mengatakan, ini menjadi catatan dan “PR” bagi Perwakilan BKKBN Aceh untuk melatihnya.
“Tadi kepala puskemas, pak Misriadi, sudah menyampaikan permasalahan ini kepada saya, dan ini menjadi catatan dan “PR” buat kita untuk melatih enam bidan desa di sini. Sehingga menjadi bidan kompeten MKJP, bisa memasang implan dan IUD,” kata Safrina.
● KB MKJP
Kebutuhan masyarakat Lampuyang dalam ber-KB MKJP cukup tinggi. Hal ini disampaikan juga oleh Keuchik (kepala desa) Ridwan. Menurutnya, ia siap mendukung program KB di desanya sehingga bisa terwujud keluarga sejahtera dan berkualitas.
Ia juga mengaku dalam mendukung program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dan Percepatan Penurunan Stunting, pemerintah desa telah menggelontorkan sekitar 13 persen Dana Desa atau sebesar Rp27 juta pada 2024.
“Setiap kali ada pelayanan KB gratis, masyarakat ramai-ramai ke puskesmas. Berapa jumlah layanan yang diberikan, semua terpenuhi,” tutur Ridwan, seraya menambahkan bahwa pada 2017 Kampung Keluarga Berkualitas dicanangkan di desanya. Ia sendiri mengaku memiliki istri yang menggunakan MKJP jenis implan.
Khairani (25 tahun), peserta KB baru dengan dua anak mengaku, pelayanan KB gratis ini sudah lama ia nantikan. Ia sendiri mendapatkan informasi program ini dari kader KB, juga dari tetangganya yang sudah ber-KB.
“Saya sudah mantap ber-KB implan, meski agak ada rasa takut juga awalnya. Tetapi sebelum datang ke puskemas ini, saya sudah konsultasi dulu. Jadi sudah tetapkan ikut KB implan dan suami juga sudah merestui,” tuturnya.
Hal senada juga diucapkan Akmarul Idawati (28 tahun), yang sudah lama ingin beralih dari pil ke IUD. “Gitu tau ada pelayanan gratis di puskesmas, saya dari pil beralih ke IUD. Begitu pun dengan adik saya, Fatahul Jannah yang ikut KB suntik, beralih ke IUD. Pelayanan KB ini memang sangat kami nantikan,” tuturnya.
Sementara itu, Zainab (47 tahun) yang mempunyai anak dua orang. Zainab sejak anak pertamanya yang kini berusia 18 tahun sudah ikut KB suntik dan beralih ke implan. “Kata teman saya, pasang implan ngga perlu repot-repot, seperti suntik yang setiap tiga bulan sekali suntik. Jangka waktu implan tiga tahun. Pasangnya juga tidak sakit dan cepat. Tidak berjam-jam, hanya satu menit,” ucapnya.
Bidan Raudah, mengatakan, "Ini pertama kalinya saya melayani masyarakat Lampuyang dengan implan satu batang." Implan ini, menurutnya, lebih nyaman dan minimal 'invasive' tanpa menggunakan pisau bedah. Cara pemasangannya juga lebih cepat.
“Implan sifatnya hormonal, yang dipasang di lengan dengan masa pakainya tiga tahun. Alhamdulillah, hari ini perdana di Puskemas Pulo Aceh memasang implan satu batang. Keunggulannya tidak mengganggu hubungan suami istri dan haid lancar,” jelas bidan yang buka praktek mandiri di Lampeuneurut, Aceh Besar.
Dari 40 akseptor yang mendaftar dalam pelayanan KB MKJP, 31 akseptor memasang implan dan sembilan IUD.
Bidan Ira Yani, yang ikut serta memasang IUD bersama Kepala Perwakilan BKKBN Aceh menjelaskan, IUD dipasang di dalam rahim yang gunanya mencegah kehamilan selama 10 tahun. IUD dipastikan Ira tidak mengganggu hubungan suami istri dan akseptor tidak akan naik berat badannya.
“Pakai IUD, haid teratur dan tidak banyak efek sampingnya. Mencegah kehamilan 99 persen. Ayo, rencanakan kehamilan dengan baik, menjaga jarak kelahiran dengan memakai alat kontrasepsi jangka panjang. IUD yang masa pemakaiannya 10 tahun, tidak sakit pemasangannya dan cepat, tidak lama dipasang,” pungkasnya.
Turut hadir dalam pelayanan KB MKJP tersebut, Ketua Tim Kerja Akses Kualitas Layanan KB dan Kespro, Faridah; Kabid KB OPD KB Aceh Besar, Fitriani; bidan praktek mandiri dari Lampeuneurut, Raudah. (**)