Portalssi, Banda Aceh : Perintah syukur sesungguhnya untuk kepentingan dan kebaikan umat manusia itu sendiri, sebab Allah akan menambahkan nikmat-Nya bagi orang yang senantiasa bersyukur atas anugerah Allah yang diberikan kepadanya, seperti dalam firman Allah; Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’” (QS. Ibrahim: 7).
Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh Ustaz H. Syarifuddin, MA, Ph.D menyampaikan hal tersebut dalam khutbah Jumat di Masjid Raya Baiturrahman, 9 Agustus 2024 bertepatan dengan 4 Safar 1446 H.
“Allah Swt memerintahkan agar kita senantiasa bersyukur kepada-Nya. Perintah ini bukan berarti Allah membutuhkan ungkapan syukur dari manusia, karena tanpa manusia bersyukur kepada-Nya Allah tetap Yang Maha Kaya, Terpuji dan Berkuasa atas seluruh alam ini,” tegasnya.
Ustaz H. Syarifuddin menguraikan, syukur adalah ibadah kepada Allah Swt. Allah Ta’ala dalam banyak ayat di dalam Al-Qur’an memerintahkan manusia untuk bersyukur kepada-Nya. Maka syukur adalah ibadah dan bentuk ketaatan atas perintah Allah. Allah Ta’ala berfirman; “Ingatlah kepada-Ku, maka Aku akan mengingat kalian. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah ingkar” (QS. Al Baqarah: 152).
“Maka, bersyukur itu merupakan pengamalan terhadap perintah Allah dan enggan bersyukur serta mengingkari nikmat Allah adalah bentuk pembangkangan terhadap perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala,” tegasnya.
Ustaz H. Syarifuddin menambahkan, dengan bersyukur atas nikmat Allah juga merupakan sebab datangnya ridha Allah bagi semua amalan seorang hamba, Allah Ta’ala berfirman; “Jika kalian ingkar, sesungguhnya Allah Maha Kaya atas kalian. Dan Allah tidak ridha kepada hamba-Nya yang ingkar dan jika kalian bersyukur Allah ridha kepada kalian” (QS. Az-Zumar: 7). Dengan demikian seorang hamba yang senantiasa bersyukur dan diridhai Allah akan terselamatkan dari api neraka.
Ia menjelaskan, ciri-ciri hamba yang senantiasa bersyukur kepada Allah itu antara lain, pertama, mengakui dan menyadari bahwa Allah telah memberinya nikmat. Hamba yang bersyukur senantiasa menisbatkan setiap nikmat yang didapatnya kepada Allah Ta’ala. Ia senantiasa menyadari bahwa hanya atas takdir dan rahmat Allah semata lah nikmat tersebut bisa diperoleh.
Kedua, orang bersyukur menyebut-nyebut nikmat yang diberikan Allah. Sebaliknya mungkin di antara kita ada yang lebih suka dan lebih sering menyebut-nyebut kesulitan yang dihadapi dan mengeluhkannya kepada orang-orang, seperti halnya keluhan “Saya sedang sakit ini”, “Saya baru dapat musibah itu”, “Saya kemarin rugi sekian rupiah”, dan sebagainya.
Namun, sesungguhnya ciri orang yang bersyukur itu lebih sering menyebut-nyebut kenikmatan yang Allah berikan. Karena Allah Ta’ala berfirman “Dan nikmat yang diberikan oleh Rabbmu, perbanyaklah menyebutnya” (QS. Adh-Dhuha: 11). Namun tentu saja tidak boleh takabur (sombong) dan ‘ujub (merasa kagum atas diri sendiri).
“Ketiga, menunjukkan rasa syukur dalam bentuk ketaatan kepada Allah, sebagaimana Rasulullah yang sudah dijamin surga oleh Allah selalu berada dalam ketaatan kepada-Nya,” pungkas Ustaz H. Syarifuddin. (Sayed M. Husen)